Senin, 12 Maret 2012

Membunuh Pasien Kronis Diperdebatkan di Inggris

LONDON, KOMPAS.com - Pengadilan di Inggris, kini menghimpun keterangan dari sejumlah pasien yang menderita gangguan kesehatan kronis, dan berniat mengakhiri hidupnya secara sukarela.

Pembahasan di pengadilan ini guna menghapus atau meninjau kembali definisi pembunuhan bagi dokter atau pihak lain yang mau melakukan aksi "membunuh" para pasien tadi.

Pengadilan di London, sebagaimana dikutip kantor berita AP, Senin (12/3/2012) ini, akan memanggil Tony Nicklinson (57) yang menderita kelumpuhan total akibat serangan stroke tahun 2005. Kondisi ini membuat Nick tak bisa bergerak dari leher ke bawah, dan juga tak bisa bicara.

Mantan pemain rugby dan manajer perusahaan ini, membutuhkan perawatan tetap. Namun sejauh ini fungsi otaknya masih berjalan normal.

Bulan Januari lalu, Tony meminta Pengadilan Tinggi Inggris agar menyebutkan seorang dokter yang bisa memberikan suntikan mematikan, dan dokter ini tidak dikenakan tuduhan membunuh.

"Saya tidak punya privasi dan martabat lagi,' ujar Tony dalam sebuah pernyataan. "Saya yang menentukan hidup saya dan saya tidak ingin melewatkan hidup saya seperti ini untuk 20 tahun lagi," ujarnya.
Kementerian Kehakiman berpendapat, permintaan Tony ini menuntut perlunya mengamandemen UU menyangkut pembunuhan. Amandemen ini harus melalui parlemen. Pemerintah telah meminta agar kasus ini diabaikan.

Namun pihak pengadilan merasa perlu untuk mendengarkan penjelasan Tony dan juga pasien lainnya, menyangkut alasan mengapa mereka ingin mengakhiri penderitaan mereka dengan mati atas bantuan pihak dokter atau keluarga mereka sendiri.

Jane, istri Tony, menegaskan, salah satu cara untuk mengakhiri penderitaan suaminya hanya dengan membunuhnya. Namun pihak penyuntik mati Tony akan dikenakan tuduhan pembunuhan.

Tahun 2009, Jaksa Agung Inggris menegaskan, orang yang membantu orang lain apakah itu sanak keluarganya atau temannya meninggal, kemungkinan tidak akan dikenakan tubuhan membunuh apabila mereka melakukan hal itu dengan sadar dan sepenuh hati.

Tahun 2010, Kay Gilderdale dinyatakan tak bersalah atas upaya pembunuhan atas putrinya yang menderita kelumpuhan. Gilderdale mengaku, dia mencoba membunuh putrinya karena berulang kali meminta lebih baik mati saja, karena tak tahan dengan penderitaannya.

0 komentar:

Posting Komentar